Puskopdit Bali Artha Guna (BAG) menyelenggarakan Forum Ketua Pengurus, Pengawas & Manajemen Koperasi Primer anggota di Ruang Diklat lantai III Kantor Puskopdit BAG, jalan Mudutaki IV, Tegaljaya, Dalung, Kuta Utara, Badung, Bali pada hari Minggu 24 Mei 2015. Acara yang rutin dilaksanakan ini dihadiri 62 peserta yang berasal dari 19 primer yang datang dari penjuru Bali untuk mendengar laporan hasil audit tahun 2014 dan menginisiasi pembahasan etika gerakan koperasi kredit di Bali.
Tepat pukul 10.00 WITA, Wakil Ketua Pengurus Puskopdit BAG, Paskalis Budi membuka acara dan menyampaikan agenda untuk acara tersebut serta sekali lagi menyampaikan pentingnya kesiapan gerakan untuk menuju federated system dan Masyarakat Ekonomi Asean.
Acara pertama diisi dengan laporan hasil audit tahun 2014 oleh Ketua Pengurus Puskopdit BAG yang baru terpilih pada RAT April 2015 lalu, A. Wayan Puger, M.S. Beliau yang sebelumnya menjabat sebagai bendahara berperan aktif membantu tim audit yang dipimpin oleh Bagian Audit Puskopdit BAG, Paulina Ni Kadek Verdela C., S.E. dalam memeriksa tingkat kesehatan primer anggota selama bulan Oktober – Januari.
Laporan Hasil Audit Tahun 2014
Ada lima aspek yang disampaikan dalam laporan tersebut, yaitu: hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen. Dalam pemaparannya A. Wayan Puger menyoroti beberapa point dari sekian banyak temuan yang didapat.
Dalam aspek hukum ia meminta semua untuk meningkatkan kedisiplinan dalam hal administratif pembuatan perjanjian, juga meninjau kembali sinergisitas SOP & SOM.
Menyikapi aspek organisasi ia mengingatkan semua untuk mengamati kembali visi-misi, renstra dan menggunakan balance score card dalam menilai koperasi masing-masing. Ia juga menghimbau untuk koperasi yang memiliki aset di atas 1 milyar tapi belum diaudit oleh akuntan publik untuk segera diaudit.
Perihal aspek keuangan, ia meminta seluruh jajaran agar lebih bekerja keras memperkecil NPL (non performing loan), total aset tidak menghasilkan, juga lebih disiplin dalam pajak. Selain itu, ia pula menyoroti tentang aspek pencatatan keuangan yang masih kurang tepat agar segera disikapi.
Memasuki aspek permodalan, ia meminta agar primer anggota lebih memperbesar modal dari pihak pertama dan kedua. Modal bersih lembaga terhadap total aset agar digenjot supaya selalu di atas 10% dan juga peningkatan porsi cadangan resiko.
Di aspek terakhir, Pengurus yang berasal dari kopdit Sumber Kasih Tangeb dan dosen fakultas peternakan Universitas Udayana itu mendorong para manajer supaya menyiapkan regenerasi karyawan dalam mengantisipasi pengunduran diri karyawan karena usia. Selain itu, ia pun mengajak manajer untuk memperhatikan kesejahteraan, rotasi jabatan, penilaian kinerja dan penyesuaian istilah-istilah jabatan.
Etika Gerakan
Sesi kedua adalah inisiasi pembahasan etika gerakan koperasi kredit di Bali. F.X. Joniono Raharjo, S.H. memberikan pengantar untuk tema ini. Pengurus KSP Wisuda Guna Raharja yang merangkap Pengurus Inkopdit ini mengemukakan fakta tentang keadaan koperasi kredit bukan hanya di Indonesia tapi juga yang terjadi di seluruh jaringan di bawah ACCU (Asian Confederation of Credit Union).
Ia menggaris bawahi masalah manajemen teritori tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi muncul di semua anggota ACCU. Negara yang sampai saat ini berhasil menerapkan manajemen teritori adalah Korea Selatan dan di sana mereka sangat maju pesat sebab federated system berjalan.
Pria yang berprofesi sehari-hari sebagai pengacara tersebut mengajak semua primer untuk kembali mengingat, memahami dan menyadari bahwa Koperasi Kredit bukan Profit Organization tapi juga bukan non profit organization, tapi Kopdit adalah not for profit organization. Dengan demikian tujuan utama koperasi kredit bukan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tapi tujuan ultimanya adalah menyejahterakan anggota tanpa menutup mata perlu adanya keuntungan yang signifikan.
Dalam sesi masukan dari peserta, I Ketut Jack Mudastra, S.H. mengemukakan bahwa jika manajemen teritori digunakan untuk membatasi perkembangan jangkauan wilayah koperasi kredit sama saja seperti bunuh diri. General Manager Kopdit Tritunggal Tuka tersebut berasalan saat koperasi kredit membatasi pergerakan diri sedangkan LPD, bank, pegadaian, kantor pos dan koperasi di luar gerakan semakin agresif memperluas pasar.
Meski demikan, Drs. Fransiskus M. Patarruk, S.Pd menjelaskan bahwa memperluas anggota dan cakupan wilayah itu sangat baik. Namun, dengan persentase masyarakat Bali yang menjadi anggota koperasi kredit tidak lebih dari 5% maka ada baiknya semua primer menjangkau mereka yang belum menjadi anggota kopdit manapun. Bukan sesama koperasi dalam gerakan mengajak masyarakat yang sudah menjadi anggota satu koperasi untuk masuk ke koperasi lain, bahkan membujuk mereka untuk meninggalkan koperasi yang lama. “jangan melakukan tindakan black market dan black campaign di antara kita” ungkap Manajer Koperasi Mulia Sejahtera itu lugas.
Mendukung masukan sebelumnya, I Ketut Artawan, M.A., Ketua Pengurus Kopdit Insan Mandiri yang hanya mengizinkan karyawan Yayasan Insan Mandiri untuk menjadi anggota. Ia mengritisi bagaimana salah satu koperasi di dalam gerakan secara frontal melakukan pemasaran di wilayah kopditnya yang sudah sangat spesifik.
I Komang Mertha juga berpendapat bahwa Puskopdit itu sebagai bapak dan primer-primer sebagai anak-anaknya. Primer-primer sebagai “saudara” sebaiknya tidak saling sikut. Ketua Pengurus Kopdit Kubu Bingin itu juga menghimbau bila hal tersebut terjadi –dan memang sudah mulai terjadi—maka Puskopdit BAG sebagai “bapak” harus lebih berperan.
Berbeda dengan bahasan sebelumnya, Drs. I Nyoman Marsina memohon Puskopdit BAG untuk meninjau kembali tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman karena sampai saat ini dirasa masih terlalu berat. Di samping itu, Kepengurusan Kopdit Sumber Kasih yang ia pimpin juga merasa bahwa manajemen teritori ini perlu pembahasan yang lebih lanjut dan komprehensif.
Ketua Pengurus Koperasi Kasih Abadi Palasari, I Made Sutirta, bercerita sebagai Koperasi dengan aset dan jumlah anggota yang tidak besar, mereka merasa takut dengan ekspansi koperasi-koperasi primer besar di dalam gerakan yang sangat agresif dalam melakukan pemasaran. Ia juga menghimbau supaya semua primer tetap menabung di Puskopdit BAG supaya koperasi yang sedang berkembang seperti yang ia pimpin bisa memanfaatkan dana tersebut. Menimpali “curhat” tersebut, Ir. A. Wayan Puger, M.S. berkata, “meski belum sebesar yang lainnya namun Kasih Abadi adalah anggota Puskopdit BAG yang paling berprestasi juga mempunyai pertumbuhan yang tinggi. Sehingga Kasih Abadi sebenarnya sudah siap menghadapi kompetisi yang di depan mata”.
Setuntas menampung pendapat-pendapat dari semua peserta, forum ini menghasilkan suatu tindakan untuk membentuk tim kecil yang akan membahas dan merancang etika dalam gerakan. Supaya semua bisa saling mendukung untuk menghadapi tantangan dan ancaman yang sudah dekat, bukan malah saling melemahkan.
Rio Praditia